Selasa, 28 Februari 2012

APAKAH SYARAT WAJIBNYA ZAKAT?


APAKAH SYARAT WAJIBNYA ZAKAT?
Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Pertanyaan
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apakah syarat wajibnya zakat ?
Jawaban
Syarat wajibnya zakat adalah : Islam, merdeka, memiliki (mencapai)nishab dan tetatpnya harta, serta telah lewat satu tahun kecuali pada zakat Mu’syirat (buah atau bijian).
Adapun Islam : Karena seorang kafir tidak diwajibkan membayar zakat, tidak diterima darinya kalau dia mengeluarkan hartanya dengan nama zakat, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
وَمَا مَنَعَهُمْ أَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلا أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ وَلا يَأْتُونَ الصَّلاةَ إِلا وَهُمْ كُسَالَى وَلا يُنْفِقُونَ إِلا وَهُمْ كَارِهُونَ
“Artinya : Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan” [At-Taubah : 54]
Akan tetapi pernyataan kami bahwa zakat tidak diwajibkan atas orang kafir dan tidak sah (diterima zakat) darinya tidak berarti bahwa dia akan dimaafkan dari dosa itu di akhirat, bahkan dia akan disiksa karenanya, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ ، إِلا أَصْحَابَ الْيَمِينِ ، فِي جَنَّاتٍ يَتَسَاءَلُونَ ، عَنِ الْمُجْرِمِينَ ، مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ ، قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ ، وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ ، وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخَائِضِينَ ، وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ ، حَتَّى أَتَانَا الْيَقِينُ
“Artinya : Tia-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah dia perbuat, kecuali golongan kanan, berada di dalam surga, mereka saling bertanya, tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa, “Apakah yang memasukkan kalian ke dalam Saqar (neraka)?”, Mereka menjawab, “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang batil bersama orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari pembalasan, hingga datang kepada kami kematian” [Al-Muddatstsir : 38-47]
Ini menunjukkan bahwa orang-orang kafir disiksa disebabkan pelanggaran mereka terhadap cabang-cabang ajaran Islam, sedangkan dia seperti itu pula.
Sedangkan Merdeka : Sebab seorang budak tidak memiliki harta, karena harta si budak adalah milik tuannya, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Artinya : Barangsiapa yang menjual budak yang memiliki harta maka hartanya itu menjadi milik penjualnya, kecuali bila si pembeli mempersyaratkannya” [1]
Sehingga dia –kalau begitu- bukanlah si pemilik harta yang menjadikannya terbebani kewajiban zakat, apabila ditakdirkan bahwa seorang hamba sahaya mempunyai kepemilikan harta maka sungguh hartanya itu pada akhirnya akan kembali kepada majikannya, karena sang majikan berhak mengambil apa yang ada di tangannya, dengan dalil ini maka di dalam kepemilikannya terdapat kekurangan, tidak tetap sebagaimana tetapnya harta orang merdeka.
Adapun memiliki (mencapai) Nishab : Maknanya adalah bahwa terdapat pada seseorang harta yang mencapai nishab sesuai dengan yang ditentukan oleh syari’at, yang berbeda-beda sesuai perbedaan jenis harta, apabila tidak didapati pada seseorang harta yang mencapai nishab maka tidak ada kewajiban zakat atasnya, karena hartanya dianggap sedikit tidak cukup untuk menolong lainnya.
Nishab untuk binatang ternak didasarkan atas ukuran permulaan dan akhir (batas bawah dan batas atas) sedangkan untuk selainnnya didasarkan atas ukuran awal (batas bawah) sedangkan tambahannya dihitung berdasar kelipatannya.
Sedangkan lewatnya waktu setahun (Haul) : Adalah karena wajibnya zakat pada harta yang kurang dari setahun berakibat buruk pada orang-orang kaya, sedangkan pewajiban zakat pada saat lebih dari setahun mengakibatkan keburukan pada hak-hak orang yang berhak mendapat zakat (ahli zakat). Dalam kaitan itu dengan haul (waktu setahun) akan menyeimbangkan antara hak orang kaya dan hak ahli zakat.
Berdasrkan itu, seandainya seorang manusia mati misalnya, atau hartanya bangkrut sebelum genap setahun (haul), gugurlah kewajiban zakat, kecuali bila termasuk hal yang dikecualikan dari genapnya haul, yakni tiga macam ; laba perniagaan, hasil binatang ternak, dan mu’syirat.
Laba perniagaan haulnya adalah haul pokoknya, sedangkan hasil binatang ternak haul hasilnya adalah haul induknya, adapun mu’syirat haulnya adalah saat memanennya, mu’syirat adalah biji-bijian dan buah-buahan.
[Disalin dari kitab Majmu Fatawa Arkanil Islam, edisi Indonesia Majmu Fatawa Solusi Problematika Umat Islam Seputar Akidah dan Ibadah, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Penerbit Pustaka Arafah]
__________
Foote Note
[1]. Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari : Kitab Al-Masaqat/Bab Seorang lelaki yang memilki tempat lewat atau tempat minum di tembok pekarangannya atau kebun kurma (2379). Muslim : Kitab Al-Buyu/Bab Orang yang menjual pohon-pohon korma yang berbuah (1543) (80)

Si Pemilik Roti


Diriwayatkan dari Abu Burdah, ia bercerita, “Menjelang wafatnya Abu Musa berpesan, ‘Wahai anakku, ingatlah tentang kisah si pemilik roti’.
Dikisahkan ada seorang laki-­laki yang beribadah dalam padepokannya selama 70 tahun, tidak pernah turun (beranjak), kecuali satu hari saja. Ketika itu ada setan yang datang menyerupai seorang perempuan. Kemudian, ahli ibadah ini hidup bersama perempuan tersebut selama 7 hari 7 malam.
Setelah itu terbukalah tabirnya, dia pun keluar dan ber­taubat. Setiap kali dia melangkahkan kaki untuk melakukan sesuatu, ia selalu shalat dan bersujud.
Suatu malam ia berlindung ke sebuah toko, di sana terdapat 12 orang miskin. Karena merasa sangat lelah, ,akhirnya ber­istirahat di sela-sela antara dua orang lelaki miskin.
Tiba-tiba seorang rahib datang, dia diutus mendatangi orang-orang miskin ini setiap malam dengan membawa roti yang banyak, lalu memberikannya ke setiap orang di antara mereka itu satu roti besar. Rahib itu melewati laki-laki yang bertaubat tersebut, mengira bahwasanya dia juga orang miskin. Akhirnya dia pun memberinya satu roti besar pula.
Ada satu orang miskin yang belum kebagian roti, lalu bertanya kepada rahib, ‘Mengapa Anda tidak memberi aku roti?’ Rahib yang membagikan roti itu menjawab, ‘Sungguh malam ini aku tidak memberimu sesuatu apa pun’.
Laki-laki yang bertaubat itu memperhatikan roti yang dipe­gangnya, lalu memberikannya kepada si miskin yang tidak kebagian dan sangat membutuhkan karena lapar dan lelah.
Keesokan harinya, laki-laki bertaubat itu meninggal ….
Kemudian, ibadahnya selama 70 tahun ditimbang dengan kemaksiatannya selama 7 malam. Ternyata lebih berat keburukan­nya yang 7 malam. Dan kebaikannya memberi sepotong roti ditimbang dengan kemaksiatannya selama 7 malam, dan lebih berat kebaikannya memberi roti.
Abu Musa berkata, ‘Wahai anakku, ingat-ingatlah kisah si pemberi roti itu’.”
Demikianlah, sesungguhnya sedekah itu dapat meredam­kan murka Allah. Oleh karena itu, bersegeralah untuk menginfak­kan harta kita di jalan Allah. Sadarilah bahwa dunia ini fana, tetapi segala sesualu yang kita sedekahkan akan kekal di sisi Allah Ta’ala. Suatu saat nanti, kita pasti akan memetiknya di sana, kita akan merasa puas dengan apa yang telah kita berikan. Akan tetapi, jika kita pelit, takut akan menjadi fakir dan kekurangan, lalu kita mengumpulkan harta tersebut karena tamak dan bakhil, maka kita akan menyesal dan celaka. http://rumahramahsahabatyatim.blogspot.com
Sumber: Kama Tadinu Tudanu

Senin, 27 Februari 2012

PROPOSAL PEDULI YATIM

Kepada Kaum Muslimin dan Muslimat Di seluruh Dunia
Marilah kita senantiasa menggunakan waktu yang sebentar ini (kita hidup di dunia) kita Gunakan sebaik baiknya yaitu untuk berbagi kepada anak anak yatim dan dhuafa karna mereka hanya hanya bisa Mengharapkan kemurahan hati dari bapak ibu sekalian. dan mari kita kasihi mereka yang selama ini hidup tampa kasih sayang dari orang tuanya, mereka hanya bisa mengharap serta memohon belas kasihan dari bapak atau ibu yang peduli padanya. pernahkah kita berfikir kalau kita ingin bersedekah 10 ribu saja rasanya berat, apalagi kalau sampai ratusan ribu tetapi kalau kita berbelanja ke Mall atau beli tiket seminar yang mengahbiskan ratusan ribu bahkan sampai jutaan rupiah rasanya sangat mudah sekali. bapak ibu sekalian padahal harta yang kita belanjakan di jalan Allah atau untuk menolong saudara-saudara kita yang membutuhkan, sama sekali tidak akan mengurangi harta kita bahkan akan senantiasa menjadi berkah dan akan terus bertambah serta akan menjadi penolong bagi kita kelak di hari kiamat. Maka dari itu agar kita selalu mendapat pertolomgan dari Allah serta harta kita biar semakin berkah dan bertambah mari kita Bersedekah ke Rumah Ramah Jakarta yang Selalu berjuang Untuk Pemberdayaan Umat.

PROGRAM RUMAH RAMAH
1. “SAKINAH” Santunan Yatim dan Keluarga miskin di Rumah

2. “ SALAM” Santunan Lansia Mandiri

3. “KPS” Kotak Peduli Sesama

4. “TAKWA” Tabungan Kekal Wakaf

5. “TAQORUB” Tabungan Amanah Qurban

6. “RRL” Rumah Ramah Lingkungan 

7. “RRS” Rumah Ramah Sehat

8.PAAS : Pembinaan Anak Asuh

Manpaat Utama

1. Anda dan brand perusahaan telah turut andil dalam mewujudkan harapan dan cita-cita anak yatim dan kaum dhu’afa lebih baik

2. Kami adalah fasilitator amanah dan terpercaya dalam mewujudkan amaliyah para sahabat dermawan agar lebih bermakna dan berkesan 

3. Anda dan perusahaan telah turut dalam penyelamatan anak yatim dan kaum dhu’afa dari bahaya giji buruk

4. Anda dan perusahaan anda telah turut serta dalam memberantas putus sekolah dan buta huruf baqgi generasi bangsa

5. Semangat memberi solusi menjadi salah satu tugas kami, sehingga kami memberikan pelayanan dan pengabdian lebih banyak dan penuh manpaat 

6. Kami tidak semata menjalin kemitraan berdasarkan nilai materi saja, akan tetapi semangat kebersamaan dan kekeluargaan yang hakiki.

7. Amal apapun yang sahabat dermawana investasikan akan menjadi amal terus mengalirkan manfaat dengan pahala kebaikan sebagai investasi abadi

Visi : "Menjadi lembaga sosial terbaik di Indonesia dengan landasan
Amanah , Tanggung jawab dan Profesionalisme "

Misi : Menjadi jembatan kasih sayang antara para dermawan yang 
berhati suci dengan para mustahik yang menanti

Membangun karakter , sistem dan sarana yang bermanfaat bagi
kemaslahatan seluruh masyarakat secara cermat ,tepat dan ber
tanggung jawab.

Menumbuhkan Kreaktifitas Masyarakat dalam mengaplikasikan 
ilmunya secara nyata agar terciptanya masyarakat yang mandiri

Keajaiban Sedekah tak Pernah Salah




Santuni Anak Yatim) Sahabat Rumah Ramah sahabat yatim dan Dhu'afa Yang di rahmati Allah sungguh sedekah itu ga pernah salah kepada siapapun kita bersedekah pasti ada nilai dan ada sebuah keajaibannya mari kita simak kisah sedekah berikut ini,
Malam itu bulan bersinar terang di langit. Bintang-bintang bertaburan. Subhanallah, alangkah indahnya. Seorang lelaki bernama Karim keluar dari rumahnya. Dulu, Karim dikenal gemar melakukan perbuatan yang dilarang agama. Namun, kini dia telah insaf dan bertobat. Sekarang, dia rajin shalat berjamaah di masjid. Dia juga tidak merasa malu untuk ikut mengaji dan belajar membaca Al Quran, bersama anak-anak yang lebih muda usianya.

Malam itu, setelah mendengar penjelasan dari imam masjid tentang keutamaan shadaqah atau sedekah, hati Karim tergerak. Imam masjid menjelaskan, jika seseorang memiliki uang seribu dirham dan ia menyedekahkan tiga puluh dirham, maka yang tiga puluh dirham itulah yang akan kekal dan dapat dinikmati di akhirat. Sedangkan yang sembilan ratus tujuh puluh dirham tidak membuahkan apa apa. Bahkan, uang tiga puluh dirham yang disedekahkan, akan dilipatgandakan oleh Allah sebanyak tujuh ratus kali. Sedekah juga membuat harta dan rezeki yang ada menjadi penuh berkah.
Selama ini, Karim dikenal kaya dan kikir. Namun, sejak insaf dan tobat, dia telah berniat akan mengorbankan segala yang dimilikinya untuk memperoleh ridha Allah Swt. Sebagian hartanya telah dia rencanakan untuk disedekahkan dan diinfakkan di jalan Allah Swt.
Dia mengarahkan langkahnya menuju ke suatu rumah. Dia telah menyiapkan kantong berisi seratus dirham untuk disedekahkan. Begitu sampai di rumah yang ditujunya, dia mengetuk pintu. Seorang lelaki berkumis tebal muncul dari dalam rumah. Setelah mengucapkan salam, dia memberikan kantong itu pada pemilik rumah, lalu mohon pamit. Kejadian itu ternyata diketahui oleh beberapa orang penduduk daerah itu.
Pagi harinya, orang-orang di pasar ramai membicarakan apa yang dilakukan Karim tadi malam. Dua orang yang melihat Karim bersedekah berkata dengan nada mengejek, “Dasar orang tidak tahu agama, sedekah saja keliru, masak sedekah kok kepada seorang pencuri. Kalau mau sedekah itu, ya harusnya kepada orang yang baik-baik!” Obrolan orang di pasar itu sampai juga ke telinga Karim, ia hanya berkata dalam hati, “Alhamdullilah, telah bersedekah kepada pencuri!
Hari berikutnya, ketika malam tiba, dia kembali keluar rumah. Dia ingin kembali bersedekah. Sama seperti malam sebelumnya, dia menyiapkan uang seratus dirham. Kali ini, dia memilih sebuah rumah di pinggir kota. Dia mengetuk pintu rumah itu. Seorang wanita membukakan pintu. Dia langsung menyerahkan sedekahnya pada perempuan itu lalu pulang.
Pagi harinya, pasar kembali ribut. Ternyata, ada orang yang mengetahui perbuatannya tadi malam. Orang itu bercerita sinis, “Memang, Karim itu tidak jelas. Rajin pergi ke mesjid, tetapi memberi sedekah saja masih salah. Kemarin malam, dia memberi sedekah kepada seorang pencuri. Lha, tadi malam, dia memberi sedekah kepada seorang pelacur!” Perbincangan orang di pasar itu sampai juga ke telinganya. Karim hanya berkata lirih, “Alhamdulillah, telah bersedekah kepada seorang pelacur!”
Malam harinya, Karim kembali keluar rumah untuk sedekah. Dia memilih rumah yang ada di dekat pasar. Setelah mengantarkan sedekahnya, dia pulang. Kali ini Karim berharap, dia tidak keliru memberikan sedekahnya.
Pagi harinya, pasar lebih ribut dari sebelumnya. Seorang penjual daging berkata, “Nggak tahulah! Karim itu memang aneh. Mau sedekah saja kok kepada orang kaya. Padahal, orang yang miskin dan memerlukan uang untuk makan, masih banyak dan ada di mana-mana!”
Ternyata, rumah yang didatangi Karim dan diberi sedekah tadi malam adalah rumah orang kaya. Mendengar berita dan omongan yang ada di pasar tentang kekeliruannya memberikan sedekah ia berkata, “Alhamdulillah, telah sedekah kepada pencuri, pelacur, dan orang kaya!”
Malam harinya, ia shalat tahajud, lalu tidur. Dalam tidurnya dia bermimpi didatangi oleh seseorang yang memberi kabar kepadanya, “Sedekahmu kepada pencuri, membuat pencuri itu insaf, sehingga dia kini tidak mencuri lagi. Sedekahmu kepada pelacur, membuat wanita itu tobat dan tidak berzinah lagi, dan sedekahmu kepada orang kaya, menjadikan orang kaya tersebut sadar dan merasa malu. Kini, orang kaya yang pelit itu mau mengeluarkan zakat dan infak. Sedekahmu yang ikhlas itu diridhoi Allah Swt.”
Setelah itu Karim semakin khusyuk beribadah dan banyak mengerjakan kebajikan. Dia sadar bahwa yang paling penting dalam ibadah adalah niat karena Allah. Bukan sekadar mengikuti perkataan orang banyak. Hanya Allah-lah yang berhak menilai, diterima atau tidaknya amal ibadah seseorang.
Dikutip dari “Ketika cinta berbuah surga” Habiburrahman El Shirazy
Mari kita bersedekah untuk anak-anak yatim
informasi hubungi  021 70701602

˚•╰☆╮•Ingat Lima Perkara•╰☆╮•˚

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sahabat saudaraku fillah... Dari Ibnu Abbas bahwasannya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :" manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara yakni;

1. Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu.

2. Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu.

3. Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu.

4. Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu .

5. Masa hidupmu sebelum datang kematianmu.

( HR. Imam Hakim dalam kitab al-Mustadrak).


Maksud dari hadits ini adalah agar kita mampu mempergunakan waktu dan kesempatan sebaik- baiknya sebelum hilangnya kesempatan tersebut.Sesungguhnya salah satu kunci kesuksesan kita baik di dunia dan di akhirat adalah bagaimana kita mampu mempergunakan kesempatan tersebut sebaik-baiknya.Kesempatan dan waktu hanya sekejap pergipun begitu cepat. Maka akan sangat merugi andaikan kita tak mampu memanfaatkan sebaik- baiknya. Kilatan waktu ibarat pedang jika kita tak menebasnya maka ia akan menebas kita dalam arti jika kita tak mempergunakan dengan baik akan merugikan kita karena waktu hanya ada dua pilihan; membangun atau merusak,bermanfaat atau berbahaya, bermanfaat atau merugikan.

Saudaraku..waktu dan kesempatan yang kita miliki merupakan wahana ujian untuk membuktikan kualitas diri kita di hadapan Allah. Ia juga merupakan anugerah Ilahi yang wajib kita syukuri dan mengisinya dengan berbagai amal sholeh serta berlomba-lomba dalam berbagai kebaikan agar kita tidak tergolong hamba-Nya yang merugi. “ Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” ( QS. Al- Ashr : 1-3 ).


Sahabat Rumah Ramah

~ Salam santun erat silaturahmi dan ukhuwah fillah~

KEBELET KAYA, LUPA DIRI !




Sahabat Sukses Rumah Ramah yang disayang Allah SWT, Alhamdulillah kita kembali akan dipertemukan dengan Ramadhan, sebuah KESEMPATAN EMAS untuk memproses ulang diri kita agar segala noda dosa yang telah kembali berlumuran tanpa kita sadari, dapat kita sucikan dengan usaha maksimal selama sebulan penuh.

Kalo dalam bekerja dan berbisnis untuk sepiring nasi kita mampu banting tulang peras keringat , akankah untuk lolos dari api Neraka dan lulus menjadi Penghuni Istana Sorga kita tidak berusaha LEBIH BERGAIRAH ?

Sahabat, manakah yang lebih menggairahkan wanita cantik n sexy atau Pria tampan n macho ataukah Allah yang maha Indah yang menciptakan kecantikan dan ketampanan itu ? juga yang memiliki Bidadari dan Bidadara yang gak mampu kita bayangkan betapa cantik dan tampannya mereka ?

Manakah yang membuat kita lebih bersemangat panggilan pekerjaan yang menjanjikan keberuntungan yang besar ataukah panggilan Allah yang memiliki segala kekayaan dan membagi-bagikan kepada seluruh hambanya setiap detik ?

Tokoh manakah yang patut dan layak kita teladani, manusia yang meninggikan kecerdasan akalnya dan kekayaannya ataukah Muhammad Rosulullah SAW manusia pilihan Allah SWT yang mampu membimbing dan membina para Sahabatnya menjadi cerdas dan kaya raya dan Ummat di zamannya mencapai puncak kejayaan di mata Dunia.!

Manakah yang lebih menjamin kenyamanan hidup kita masa kini dan kelak, lembaran-lembaran sertifikat property, saham dan investasi yang kita miliki ataukah lembaran-lembaran Surat Cinta ( Al-Qur'an ) dari Sang Kekasih yang berhasil kita simpan di dada dan menyinari kehidupan kita ?

Sahabat, betapa keinginan-keinginan kita untuk sukses menggenggam berbagai jenis kekayaan Duniawi ini seringkali melenakan kita dari menyebut Sang Maha Kaya dan Sang Maha Pemberi, Allah SWT, betapa keindahan, kenikmatan dan kemesraan dengan lawan jenis kita saat ini seringkali melupakan keindahan, kenikmatan dan kemesraan yang tiada tara ketika kita kelak sukses menginjak Istana Sorga kita. Betapa fasilitas-fasilitas yang memanjakan hidup kita membuat kita untuk tidak bersegera memenuhi Panggilan-PanggilanNYA.

Sahabat, Ramadhan akan segera datang, belum tentu tahun depan kita dijinkan menjumpainya, mari kita habis-habisan untuk meraih segala Hadiah yang dijanjikan oleh Allah kepada kita yang PASTI BENAR nya.

Mulai saat ini juga, kita tinggalkan segala bentuk dosa dan maksiat serta kebiasaan-kebiasaan yang kurang berguna bahkan sia-sia :
-         Kita tinggalkan kebiasaan berlama-lama didepan layar TV
-         Buang semua kepingan VCD/DVD serta File-file Video dll yang merusak Ruhiyah kita dan membuang sia-sia waktu produktif kita
-         Jangan sia-siakan kecerdasan kita untuk MENGHAYAL kan hal-hal yang tidak realistis dan memicu NAFSU kita bergolak.
-         Maafkan semua orang yang pernah menyakiti bahkan mendholimi kita, berikan hak-hak orang yang masih tertahan ditangan kita
-         Saatnya kita mendekat erat dengan Sang Kekasih kita Allah SWT, merasakan kasih sayangNYA dan indahnya Surat Cinta dari NYA

Sahabat, kalo orang lain bisa ketagihan rokok bahkan narkoba yang jelas-jelas merusak fisik dan nama baiknya, padahal untuk itu dia harus menguras dalam-dalam kantongnya, mengapa kita tidak bisa ketagihan rukuk da sujud yang jelas-jelas menyehatkan fisik kita dan untuk itu kita dijanjikan balasan yang melimpah ?

Kalo orang lain bisa katagihan Kasmaran dan berselingkuh dengan lawan jenisnya padahal sangat merendahkan kehormatannya dan untuk itu dia harus berbohong dan menilep hak orang lain, mengapa kita tidak mampu ketagihan kasamaran dengan kekasih kita Allah SWT yang mampu memberi kita segala keinginan dan kebutuhan kita ?

Kalo orang lain bisa ketagihan membaca Komik dan Novel Romantis yang jelas-jelas ditulis dengan kedalaman nafsu dan hayalannya, mengapa kita tidak mampu ketagihan membaca 114 Surat Cinta yang sangat romantis yang menjanjikan kebahagiaan dan keselamatan kita saat ini dan Esok ?

Banyak diantara kita yang Ketagihan Kaya bahkan Kebelet kaya, tapi setelah kaya kita tidak mampu ketagihan dan kebelet membagikan kekayaan bahkan lupa dengan yang Maha Kaya yang memberi kekayaan. Seperti orang yang merengek-rengek kepada Nabi karena kebelet kaya, dibawah ini :
Seorang sahabat Nabi yang amat miskin datang pada Nabi sambil mengadukan tekanan ekonomi yg dialaminya. Tsa'labah, nama sahabat tersebut, memohon Nabi untuk berdo'a supaya Allah memberikan rezeki yang banyak kepadanya. Semula Nabi menolak permintaan tersebut sambil menasehati Tsa'labah agar meniru kehidupan Nabi saja. Namun Tsa'labah terus mendesak. Kali ini dia mengemukakan argumen yang sampai kini masih sering kita dengar, "Ya Rasul, bukankah kalau Allah memberikan kekayaan kepadaku, maka aku dapat memberikan kepada setiap orang hak-haknya ".

Nabi kemudian mendo'akan Tsa'labah. Tsa'labah mulai membeli ternak. Ternaknya berkembang pesat sehingga ia harus membangun pertenakakan agak jauh dari Madinah. Seperti bisa diduga, setiap hari ia sibuk mengurus ternaknya. Ia tidak dapat lagi menghadiri shalat jama'ah bersama Rasul di siang hari.

Hari-hari selanjutnya, ternaknya semakin banyak; sehingga semakin sibuk pula Tsa'labah mengurusnya. Kini, ia tidak dapat lagi berjama'ah bersama Rasul. Bahkan menghadiri shalat jum'at dan shalat jama'ahpun tak bisa dilakukan lagi.

Ketika turun perintah zakat, Nabi menugaskan dua orang sahabat untuk menarik zakat dari Tsa'labah. Sayang, Tsa'labah menolak mentah-mentah utusan Nabi itu. Ketika utusan Nabi datang hendak melaporkan kasus Tsa'labah ini, Nabi menyambut utusan itu dengan ucapan beliau, "Celakalah Tsa'labah!" Nabi murka, dan Allah pun murka!

Saat itu turunlah Qs at-Taubah: 75-78

* "Dan diantara mereka ada yang telah berikrar kepada Allah, "Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh."

* Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).

* Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai saat ketemuan dengan Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta.

* Tidaklah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Allah amat mengetahui yang ghaib?"

Tsa'labah mendengar ada ayat turun mengecam dan mengancam dirinya, ia mulai ketakutan. Segera ia temui Nabi sambil menyerahkan zakatnya. Akan tetapi Nabi menolaknya, "Allah melarang aku menerimanya." Tsa'labah menangis tersedu-sedu.

Setelah Nabi wafat, Tsa'labah menyerahkan zakatnya kepada Abu Bakar, kemudian Umar. tetapi kedua Khalifah itu menolaknya. Tsa'labah meninggal pada masa Utsman.

Dimanakah Ts'alabah sekarang? Jangan-jangan kitalah Tsa'labah-Tsa'labah baru yang dengan linangan air mata memohon agar rezeki Allah turun kepada kita, dan ketika rezeki itu turun, dengan sombongnya kita lupakan ayat-ayat Allah.

Bukankah kita dengan alasan sibuk berbisnis tak lagi sempat sholat lima waktu. Bukankah dengan alasan ada "meeting penting" kita lupakan perintah untuk sholat Jum'at. Bukankah ketika ada yang meminta sedekah dan zakat kita ceramahi mereka dengan cerita bahwa harta yang kita miliki ini hasil kerja keras, siang-malam membanting tulang; bukan turun begitu saja dari langit, lalu mengapa kok orang-orang mau enaknya saja minta sedekah tanpa harus kerja keras.

Bisa jadi kitalah Tsa'labah....Tsa'labah ternyata masih hidup dan "mazhab"-nya masih kita ikuti...

sebuah riwayat yang memuat saran Nabi Muhammad saw (dan belakangan digubah menjadi puisi oleh Taufik ismail), "Bersedekahlah, dan jangan tunggu satu hari nanti di saat engkau ingin bersedekah tetapi orang miskin menolaknya dan mengatakan, "kami tak butuh uangmu, yang kami butuhkan adalah darahmu!"

Dahulu Tsa'labah menangis di depan Nabi yang tak mau menerima zakatnya. Sekarang ditengah kesenjangan sosial di negeri kita, jangan-jangan kita bukan hanya akan menangis namun berlumuran darah ketika orang miskin menolak sedekah dan zakat kita!

Na'udzubillah min dzaalik, so.... pastikan diri bahwa kita bukanlah pengikut madzhab Tsa'labah, abadikan yang tersisa dengan sedekah maka kita bukanlah Tsa'labah http://www.rumahramahsahabatyatim.blogspot,com

Kamis, 23 Februari 2012

Ikhlas Adalah Kunci Amal

Oleh: Ustadz Muhammad Arifin Ilham

Ikhlas artinya, kita berbuat dan melakukan apa pun hanya dengan niat untuk meraih ridha Allah, bukan untuk apa pun dan bukan untuk siapa pun. Ikhlas adalah kunci diterimanya ibadah dan bentuk-bentuk amal kebajikan.

Meski besar nilainya di mata manusia, amal tersebut tidak ada artinya di mata Allah bila tidak dibarengi dengan keikhlasan. Namun, sekecil apa pun kebajikan itu di mata manusia, bila dibarengi dengan niat ikhlas, ia sangat besar nilainya di hadapan Allah.
Perhatikan firman-firman-Nya di dalam Al Quran, semua menegaskan keikhlasan. “Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam,” (QS al-An’Am [6]: 162).
Dalam QS Al-Bayinah [98]: 5, Allah mengaskan bahwa umat-umat terdahulu (para ahlul kitab) juga diajarkan untuk berbuat ikhlas dalam buku-buku mereka. Mengapa? Karena, keikhlasan inti dari agama yang benar. Kepada Rasulullah SAW, Allah menegaskan, “Sesungguhnya Kami menurunkan Alquran kepadamu (Muhammad) dengan kebenaran. Maka, sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah lah agama yang bersih,” (QS Az-Zumar [39]: 2-3).
Hadis berikut ilustrasi mengerikan dalam perjalanan panjang di Hari Akhir bagi sosok-sosok alim dan yang tampak dalam tampilan fisiknya seperti manusia suci. Yang pertama akan diadili di mahkamah Allah adalah orang yang mati di jalan perang (syahid). Ketika ditanya, ia menjawab bahwa ia berperang sampai mati syahid. Dikatakan kepadanya, “Kamu bohong! Kamu berperang dengan niat supaya kamu dikatakan pemberani, dan orang-orang sudah menyebut itu. Apa yang terjadi? Ia pun diseret dan dimasukkan ke dalam api neraka”.
Kedua, ulama, pengajar Al Quran, dan pencerah umat. Ketika ditanya, ia menjawab “Bahwa saya mencari ilmu dan mengajarkannya. Saya juga mengajarkan Al Quran”. Lalu dikatakan kepadanya, “Kamu dusta! Kamu mencari dan mengajarkan ilmu dengan niat supaya dikatakan alim, dan orang-orang percaya itu”. Lalu apa yang terjadi? Ia pun diperlakukan sama, diseret dan dicampakkan ke dalam neraka.
Ketiga, hartawan dan dermawan. Ketika ditanya, ke mana harta itu dipergunakan, ia menjawab bahwa ia telah menginfakkannya untuk umat. Lalu dikatakan kepadanya, “Kamu pembohong! Kamu lakukan itu dengan niat supaya disebut dermawan, dan orang-orang pun percaya itu”. Lalu apa yang terjadi? Ia pun diperintahkan untuk dilempar ke dalam jurang neraka.
Ternyata banyak amal kebajikan bahkan hingga menguras harta, berpeluh keringat dan darah, tapi kemudian sia-sia dan tak berbekas. Bahkan direspons dengan siksa neraka, karena tidak disertai dengan ikhlas.

Karenanya, mari kita tempatkan kebajikan kita dalam ruang suci bernama ikhlas. Jangan takut bila perbuatan kita tidak diketahui atau tidak dipuji orang. Karena pujian orang banyak tidak ada artinya bila Allah menolaknya. Tapi, takutlah bila perbuatan kita ditolak Allah karena tidak ikhlas. Sebut sebuah hadis, “Seandainya seseorang di antara kalian melakukan suatu kebaikan di tengah padang sahara yang sangat sepi, dalam ruang tertutup tanpa pintu, amal itu suatu saat pasti akan ketahuan juga”.(dari hikmahrepublika

HADITS-HADITS MENGENAI BAKHIL

HADITS KE-1: Dari Abu Sa’id r.a., Rosululloh saw. bersabda: “Ada dua tabi’at yang tidak dapat bersatu dalam diri orang beriman:
1. Bakhil
2. Akhlaq yang buruk.” (HR Tirmidzi-Misykat)

HADITS KE-2: Dari Abu Bakar Shiddiq r.a., Rosululloh saw. bersabda: “Tidak akan masuk Jannah orang-orang yang penipu, orang-orang yang bakhil, dan orang-orang yang mengungkit-ungkit pemberian sedekahnya.” (HR Tirmidzi-Misykat)

HADITS KE-3: Abu Dzar r.a. berkata, “Suatu ketika saya menemui Rosululloh saw. Ketika itu Rosululloh saw. sedang duduk-duduk di bawah bayang-bayang Ka’bah. Melihatku, Rosululloh saw. bersabda: “Demi Tuhan Ka’bah! Mereka adalah sangat-sangat rugi!” Aku berkata, “Aku korbankan kedua ibu bapakku untuk tuan, siapakah mereka itu?” Rosululloh saw. menjawab, “Mereka adalah yang memiliki banyak harta, kecuali mereka yang berbuat begini-begini (sedekah) kepada mereka yang berada di kanan kirinya, depan dan belakangnya. Akan tetapi jumlah manusia yang demikian sangat sedikit.” (HR Muttafaq ‘alaih-Misykat)

HADITS KE-4: “Dari Abu Hurairoh r.a., Rosululloh saw. bersabda: “Orang yang dermawan sangat dekat dengan ALLOH, dekat dengan Jannah, dekat dengan manusia dan jauh dari Neraka. Sesungguhnya orang jahil (kurang ilmu pengetahuan) yang dermawan lebih disukai ALLOH daripada ahli ibadah (banyak melakukan ibadah sunnat) yang bakhil.” (HR Turmudzi-Misykat)
Nabi Yahya bin Zakariya a.s. bertanya kepada setan, “Siapakah orang yang paling kamu sukai?” Setan menjawab, “Aku sangat suka kepada mu-min yang bakhil dan sangat benci kepada orang fasiq yang gemar sedekah.” Beliau a.s. berkata kepada setan, “Aku tidak memahami perkataanmu.” Setan menjelaskan, “Aku tidak bimbang kepada mu-min yang bakhil, sebab bakhil akan menariknya ke neraka. Tetapi orang fasiq yang dermawan sangat aku khawatirkan, sebab aku takut nanti ALLOH akan mengampuninya karena kedermawanannya.” (Ihya)
Dinyatakan dalam hadits lain, “Barangsiapa yang berbaik sangka kepada ALLOH, maka ia akan bersedekah. Dan barangsiapa yang kurang yaqinnya kepada ALLOH, ia akan bakhil.” (Kanzul ‘Ummal)

HADITS KE-5: “Dari Abu Hurairoh r.a., Rosululloh saw. bersabda: “Sakho (sifat dermawan) seperti pohon kayu di dalam Jannah. Sakhi (orang yang dermawan) akan memegang satu dari pohon itu dan dengannya akan memasuki Jannah. Dan Syuhh (sifat bakhil) merupakan pohon kayu di neraka. Dan syahhi (orang bakhil) akan memegang satu dahannya, dan pohon itu akan menariknya ke neraka.” (HR Baihaqi-Misykat)
Dalam hadits lain dinyatakan, “Sakhowah (sifat dermawan) adalah pohon di Jannah yang mengembangkan dahan-dahannya ke dunia. Siapa yang memegang dahan-dahannya itu, maka ia akan sampai ke Jannah. Dan kebakhilan merupakan satu pohon di neraka Jahannam yang mengembangkan dahan-dahannya ke dunia, siapa yang memegang dahannya itu, ia akan sampai ke dalam neraka.” (Kanzul ‘Ummal)

HADITS KE-6: “Dari Abu Hurairoh r.a., Rosululloh saw. bersabda, “Sifat buruk dalam diri seorang pria ada dua:
1. Kebakhilan yang menghilangkan kesabaran.
2. Perasaan takut seolah-olah nyawanya akan tercabut.” (HR Abu Dawud-Misykat)
“Sesungguhnya manusia diciptakan (bersifat) keluh kesah. Apabila kesusahan menimpanya dia mengeluh, dan bila memperoleh kebaikan (harta), dia amat bakhil. Kecuali orang-orang yang sholat, yang mereka tetap mengerjakan sholatnya. Dan orang-orang yang di dalam hartanya ada haq yang ditentukan bagi orang (miskin) yang meminta dan orang (miskin) yang tidak mau meminta. Dan orang-orang yang membenarkan hari pembalasan. Dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya. Sesungguhnya azab Tuhannya tidak ada seorangpun yang aman (dari kedatangannya). Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isterinya atau hamba-hamba sahaya yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka (dalam hal itu) tidak tercela. Barangsiapa mencari yang selain itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat dan janji-janjinya. Dan orang-orang yang melaksanakan kesaksiannya. Dan orang-orang yang memelihara sholatnya. Mereka itu dimuliakan di dalam Jannah.’ (QS Al Ma’arij,70:19-35)

HADITS KE-7: Dari Ibnu Abbas r.a., Rosululloh saw. bersabda: “Tidaklah beriman orang yang makan kenyang, sementara tetangga-tetangganya yang berdekatan menderita kelaparan.” (HR Baihaqi-Misykat)
Rosululloh saw. bersabda: “Orang yang bermalam dengan perut kekenyangan padahal dia mengetahui bahwa tetangganya kelaparan, maka dia belum beriman kepadaku.” (Targhib)
Rosululloh saw. bersabda: “Pada hari qiamat sebagian orang akan memegang pakaian tetangganya dan akan mengadu kepada ALLOH SWT.: “Ya ALLOH! Tanyakanlah kepada orang ini, mengapa ia menutup pintunya, dan tidak memberikan kepadaku apa yang lebih dari keperluannya.” (Targhib)
Rosululloh saw. bersabda: “Wahai manusia, bersedekahlah! Aku akan bersaksi untukmu pada hari qiamat. Mungkin di kalanganmu ada orang yang setelah makan kenyang pada malam hari dan masih terdapat makanan yang berlebihan, padahal sepupunya telah bermalam dalam keadaan lapar. Mungkin ada juga di kalanganmu yang sedang menambah hartanya padahal tetangganya yang berdekatan tidak mempunyai apa-apa untuk memenuhi kebutuhannya.” (Kanzul ‘Ummal)

HADITS KE-8: Dari Abdullah bin Umar dan Abu Hurairoh r.a., Rosululloh saw. bersabda: “Seorang wanita telah disiksa karena dia mengikat seekor kucing hingga mati kelaparan. Dia tidak memberinya makan dan tidak pula melepaskannya agar kucing itu dapat mencari makan sendiri dengan menangkap binatang-bainatang.” (HR Muttafaqun ‘alaih)
Rosululloh saw. melihat satu tanda di atas muka seekor keledai lalu bersabda: “Tidakkah kau ketahui, bahwa aku melaknat orang yang meletakkan tanda di atas muka binatang atau yang memukul seekor binatang pada mukanya.” (Kitab Abu Dawud)

HADITS KE-9: Dari Anas r.a., Rosululloh saw. bersabda: “Pada hari qiamat salah seorang anak Adam akan dibangkitkan dan dihadapkan kepada ALLOH SWT. Untuk dihisab dalam keadaan terhina dan lemah seperti seekor anak biri-biri. ALLOH SWT. Berfirman kepadanya: “Aku telah memberimu harta kekayaan, kemuliaan dan kehormatan. Apakah yang telah kamu perbuat dengannya?” Dia menjawab: “Aku telah mengumpulkan harta dan telah mengembangkannya sehingga harta itu bertambah banyak, dan aku telah meninggalkannya di dunia lebih banyak lagi. Kini kembalikan aku ke dunia agar aku dapat membawa semua harta itu ke hadapan Engkau, ya Tuhan.” ALLOH SWT. Berfirman: “Ketika engkau hidup di dunia, kebaikan apakah yang telah engkau kirimkan ke sini?” Maka orang itu kembali mengatakan seperti tadi: “Aku telah mengumpulkan harta dan mengembangkannya…” Tetapi dia tidak dapat membawa harta yang didapatnya ketika di dunia. Maka dengan disertai hardikan, orang itu akan dicampakan ke dalam neraka.” (HR Tirmidzi-Misykat)
Rosululloh saw. bersabda: “Harta seseorang adalah apa yang telah dia kirimkan ke akhirat, sedangkan yang dia tinggalkan bukanlah hartanya, tetapi milik ahli warits.” (HR Bukhori)
Rosululloh saw. bersabda: “Manusia menyatakan, ‘Hartaku, hartaku’, padahal hartanya hanya tiga perkara saja. Pertama, apa yang telah dia habiskan dengan memakannya. Kedua, apa yang telah dia lusuhkan dengannya memakainya. Dan ketiga, apa yang telah dia simpan di sisi ALLOH. Selain itu, apapun yang tertinggal bukanlah hartanya sendiri, tetapi dia tinggalkan untuk orang lain.” (Misykat)
Ketika futtuh Makkah, Sa’ad bin Abi Waqqos r.a. sakit keras. Rosululloh saw. menziarahinya, Sa’ad bin Abi Waqqos berkata, “Ya Rosululloh, saya mempunyai harta yang banyak, dan ahli waris saya hanya seorang anak perempuan, saya berkeinginan untuk mewasiatkan semua harta saya.” Tetapi Rosululloh saw. melarangnya, maka Sa’ad akan mewasiatkan dua pertiga hartanya dan hal inipun dicegah Rosululloh saw. Kemudian Sa’ad akan mewasiatkan setengah dari hartanya, dan Rosululloh pun tidak membenarkannya. Akhirnya ketika Sa’ad meminta izin untuk mewasiatkan satu pertiganya, Rosululloh saw. bersabda: “Satu pertigapun sudah banyak, kamu tinggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya adalah lebih baik daripada kamu tinggalkan mereka dalam keadaan faqir sehingga mereka meminta-minta. Apa saja yang dibelanjakan karena ALLOH akan mendatangkan pahala. Harta satu suap yang diberikan kepada isteri karena ALLOH juga akan mendatangkan pahala.” (Misykat dari Sohihain)

Ali Karomallohu wajhah mengatakan bahwa ALLOH SWT. Telah mematikan dua orang kaya dan dua orang miskin. Kemudian dia bertanya kepada seorang kaya, “Apakah yang telah kamu kirimkan terlebih dahulu untuk dirimu dan apa yang telah kamu tinggalkan untuk anak isterimu?” Dia menjawab, “Ya ALLOH, Engkaulah yang telah menciptakanku dan Engkaulah yang telah menciptakan mereka dan Engkaulah yang telah mengambil tanggung jawab untuk rezeki setiap orang. Engkau yang telah berfirman dalam al Qur-an: “Barangsiapa yang memberi pinjaman kepada ALLOH dengan pinjaman yang baik maka dilipatgandakan baginya dan baginya pahala yang mulia.” Atas perkara inilah aku telah kirimkan hartaku terlebih dahulu. Aku mengetahui bahwa Engkau akan memberi rezqi kepada mereka.” Maka ALLOH SWT. Berfirman: “Baiklah, pergilah. Jika engkau (ketika hidup di dunia) telah mengetahui balasan dan pemberian bagimu di sisi-KU, maka engkau akan gembira dan tidak berduka cita.”
Kemudian ALLOH bertanya kepada orang kaya yang kedua, “Apakah yang telah kamu kirimkan lebih dahulu untuk dirimu sendiri dan apakah yang telah kamu tinggalkan untuk keluargamu?” Maka dia menjawab, “Ya ALOH, aku mempunyai anak-anak dan aku khawatir dengan kemiskinan dan kesusahan mereka.” ALLOH SWT. Bertanya, “Bukankah AKU yang tela menciptakan kamu dan mereka? Bukankah AKU telah bertanggung jawab terhadap rezqi kamu sekalian?” Dia menjawab, “Memang, ya ALLOH! Tetapi aku merasa khawatir dengan kemiskinan mereka.” ALLOH berfirman, “Kemiskinan itu sudah menimpa mereka. Apakah kamu dapat menyelamatkan mereka? Baiklah, pergilah. Jika kamu mengetahui ketika kamu hidup di dunia akan azab yang ada di sisi-KU, maka kamu akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”
Kemudian, ALLOH bertanya kepada seorang miskin, “Apakah yang telah kamu kirimkan terlebih dahulu untuk dirimu sendiri dan apakah yang telah kamu tinggalkan untuk keluargamu?” Maka dia menjawab, “Ya ALLOH! ENGKAU telah menciptakan saya dengan memberikan kesehatan dan keselamatan, ENGKAU juga telah memberikan kemampuan kepadaku berbicara dan telah mengajarkan nama-MU Yang Maha Suci, juga mengajarkan untuk berdo’a kepada-MU. Jika (dahulu) ENGKAU memberikan harta kepada-KU, aku khawatir aku menjadi sibuk dengannya, aku ridho pada ENGKAU dengan keadaanku.”
Kemudian orang miskin yang kedua ditanya, “Apakah yang telah engkau kirimkan terlebih dahulu untuk dirimu sendiri dan apakah yang telah kamu tinggalkan untuk keluargamu?” Dia berkata, “Ya ALLOH, apakah yang telah ENGKAU berikan kepadaku di dunia itulah yang dipersoalkan di sini?” Kemudian ia ditanya lagi, “Bukankah AKU telah memberimu kesehatan, kepandaian berbicara, telinga, mata dan lain-lain? Dan bukankah AKU telah memberitahumu di dalam al Qur-an “Berdo’alah kepada-KU, pasti akan AKU kabulkan”? Dia menjawab, “Ya ALLOH, semua ini benar, tetapi akku telah lupa.” Maka ALLOH berfirman, “Baiklah, hari ini AKU akan melupakanmu. Pergilah. Jika ketika hidupmu di dunia engkau mengetahui akan azab yang ada di sisi-KU bagimu, maka kamu akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (Kanzul ‘Ummal)

HADITS KE-10: “Dari Umar r.a., Rosululloh saw. bersabda, “Barangsiapa yang mendatangkan bahan makanan dari luar (untuk dijual murah), maka ia akan diberi rizqi dan barangsiapa yang menimbunnya akan dilaknat.” (HR Ibnu Majjah-Misykat)

HADITS KE-11: “Anas r.a. berkata bahwa ketika salah seorang dari sahabat r.a. telah wafat, maka seseorang mengatakan, “Bergembiralah, engkau akan masuk Jannah.” Maka Rosululloh saw. bersabda, “Kamu tidak mengetahui, mungkin pada suatu waktu dia telah berbicara sia-sia atau telah berlaku bakhil dengan sesuatu yang biasa (yang jika dia memberikannya), dia tidak akan rugi.” (HR Tirmidzi-Misykat)

HADITS KE-12: “Seseorang telah menghadiahkan sepotong daging (yang telah dimasak) kepada Ummul Mukminin Ummu Salamah r.a.. Sedangkan Rosululloh saw. menyukai daging itu. Maka Ummu Salamah menyuruh pembantu perempuannya untuk menyimpan daging tadi di rumahnya, untuk makan Rosululloh saw. Pembantunya itupun menyimpan daging itu di atas papan di rumah. Setelah beberapa lama seorang peminta sedekah datang mendekati pintu lalu meminta, “Karena ALLOH, berilah saya sesuatu. Mudah-mudahan ALLOH memberi keberkahan kepadamu.” Maka dari dalam rumah terdengar jawaban, “Semoga ALLOH memberkatimu.” (Isyarat bahwa tidak ada apa-apa untuk diberikan). Maka si peminta-minta itu pergi. Setelah itu datanglah Rosululloh saw. lalu berkata, “Ummu salamah, saya ingin makan sesuatu, apakah ada makanan?” Maka Ummu Salamah r.a. menyuruh pembantu perempuannya, “Pergilah dan bawalah daging itu dan hidangkan di hadapan Rosululloh.” Diapun pergi untuk mengambil daging yang disimpan di atas papan itu. Tetapi di tempat itu tidak terdapat daging melainkan sepotong batu putih. (Setelah mengetahui peristiwa itu) Rosululloh saw. bersabda, “Oleh karena kamu tidak memberikan daging itu kepada si peminta-minta (faqir), maka daging itu telah berubah menjadi batu.” (HR Baihaqi-Dalailun Nubuwah;Misykat)

HADITS KE-13: “Dari Amr bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya r.a., sesungguhnya Rosululloh saw. bersabda, “Awal perbaikan umat ini adalah yaqin kepada ALLOH, dan zuhud. Dan awal kerusakannya adalah karena bakhil dan panjang angan-angan.” (HR Baihaqi dalam Syu’bul Iman-Misykat)

HADITS KE-14: “Dari Abu Hurairoh r.a., sesungguhnya Rosululloh saw. suatu ketika maemasuki tempat Bilal r.a.. Pada saat itu di hadapan Bilal terdapat setumpuk kurma. Bilal r.a. berkata, “Ya Rosululloh, saya menyimpan semua ini untuk keperluan hari esok.” Rosululloh saw. bersabda, “Wahai Bilal! Tidakkah engkau takut melihat asap api neraka pada hari Hisab dikarenakan hal ini? Bilal, infakkanlah! Dan janganlah takut kekurangan di sisi pemilik Arasy.” (HR Baihaqi di dalam Syu’bul Iman-Misykat)
Rosululloh saw. bersabda, “Aku telah berdiri di dekat pintu Jannah, maka aku menyaksikan orang-orang yang memasukinya kebanyakan faqir miskin, orang-orang kaya masih tertahan. Ahli-ahli Jahannam pun telah dicampakkan ke dalamnya, dan ketika aku berdiri di dekat pintu neraka, aku menyaksikan bahwa perempuan yang paling banyak memasukinya.” (Misykat)
Abu Sa’id r.a. berkata bahwa Rosululloh saw. pernah mendatangi lapangan tempat sholat hari raya, ketika melalui majelis perempuan, maka beliau berkhutbah kepada mereka, “Hendaknya kalian memperbanyak sedekah! Aku telah melihat perempuan banyak yang memasuki neraka.” Mereka bertanya, “Apa sebabnya, ya Rosulalloh?” Rosululloh saw. menjawab, “Karena kebanyakan perempuan suka mengutuk (mendo’akan keburukan untuk orang lain) dan juga kebanyakkan mereka tidak berterimakasih kepada suaminya.” (Misykat)
Dalam hadits yang lain dinyatakan sebab kebanyakkan perempuan menghuni neraka adalah, “Mereka tidak mengakui kebaikkan suaminya dan tidak berterimakasih kepada suaminya. Kalian telah berbuat baik kepada isterimu walau sepanjang hidupmu, namun karena suatu kesalahan kecil saja, dia akan berkata, “Tidak sekalipun aku mendapat kebaikan darimu.” (HR Muttafaq ‘alaih-Misykat)
Suatu ketika Rosululloh saw. berdo’a, “Ya ALLOH! Hidupkan aku sebagai orang miskin, matikan aku dalam keadaan miskin dan bangkitkan aku di kalangan orang-orang miskin.” Siti ‘Aisyah r.a. menanyakan ini, “Mengapa ya Rosulalloh?” Rosululloh saw. menjawab, “Orang-orang miskin akan memasuki Jannah empat puluh tahun lebih dahulu daripada orang-orang kaya di kalangan mereka. Wahai Aisyah! Janganlah biarkan orang-orang miskin berlalu dengan putus harapan, berilah walaupun dengan separuh kurma. Wahai Aisyah! Sayangilah orang-orang miskin dan dekatilah mereka, maka ALLOH akan mendekatimu pada hari qiamat.” (Misykat)

HADITS KE-15: Ka’ab r.a. berkata bahwa beliau mendengar Rosululloh saw. bersabda, “Bagi setiap ummat ada satu fitnah, dan fitnah bagi ummatku adalah harta.” (HR Tirmidzi-Misykat)
Hadits ini bukan mengisyaratkan umat untuk menjauhi harta. Mufti Ilahi Bakhsy Kandlalawi meriwayatkan dari gurunya rah.a., “Dunia (harta) adalah karunia yang terbaik dari ALLOH supaya manusia dapat menggunakannya untuk mendapatkan keridhoan ALLOH.”
Ketika Rosululloh saw. menyeru manusia kepada ALLOH, beliau tidak menganjurkan manusia untuk meninggalkan semua harta benda dunia, bahkan menganjurkan agar mencari sumber pendapatan dan berkumpul dengan keluarga. Jadi hanya orang-orang yang tidak berpengetahuan sajalah yang menolak harta dan keluarga.
Ketika wafat, Utsman r.a. mempunyai 100.000 dinar dan 50.000 asyrofi dan 1.000.000 dirham yang disimpan di bendaharanya. Beliaupun memiliki wadi seperti Khaibar, Quro, dll. Nilai setiap wadi itu sekitar 200.000 dinar. Sedangkan Abdulloh bin Zubair r.a. memiliki 50.000 dinar. Di samping itu beliau memiliki 1.000 ekor kuda dan 1.000 orang hamba sahaya.
Amar bin ‘As rah.a. telah meninggalkan 300.000 dinar.
Harta Abdurrahman bin ‘Auf tidak terhitung.
Namun demikian ALLOH telah memuji mereka di dalam al Qur-an:
“Mereka beribadah kepada Robb mereka pagi dan petang semata-mata karena keridhoanNYA.” (QS Al Kahfi,18:28)
“Mereka adalah orang-orang yang perniagaannya tidak menghalangi mereka dari berzikir kepada ALLOH.” (QS An Nur,24:37)
Demikanlah orang-orang kaya di zaman itu. Walaupun kekayaan meliputi mereka, hati mereka tetap sibuk di jalan ALLOH

RUMAH RAMAH SAHABAT YATIM & DHU’AFA!!

Rabu, 22 Februari 2012

Didiklah Anak Kita Dengan Kasih Sayang ….

Dengan bangga seorang teman berbicara kepada saya bahwa anak anaknya begitu takut kepadanya. “ Kalau saya suruh mereka belajar , mereka pasti akan belajar pak, pokoknya apa yang saya suruh pasti mereka lakukan,” ujarnya. Usut punya usut rupanya sang teman ini menerapkan disiplin kaku kepada anak anaknya. Kalau tidak diikuti kata katanya maka bentakan, makian dan tak jarang pukulan melayang ketubuh mungil si anak. Selang beberapa hari sejak pertemuan saya dengan beliau, saya bertemu lagi disuasana yang berbeda. Kali ini dia berkeluh kesah bahwa ternyata anaknya patuh ketika dia ada dirumah namun ketika dia sedang keluar kota maka istrinya yang kewalahan. Mendidik anak memang suatu hal yang gampang-gampang sulit. Bila kita sebagai orangtua mendidik anak dengan benar, maka sang anak pun akan berkembang ke arah yang kita inginkan baik secara fisik, mental, spiritual dan intelegensia. Namun bila sejak awal kita telah salah langkah dan tidak menyadari kesalahan tersebut, jangan heran bila kelak kemampuan dan tumbuh kembang anak kita tidak berkembang seperti yang diharapkan. Sebenarnya sikap lemah lembut dan kasih sayang adalah modal utama dan kunci keberhasilan orangtua dalam mendidik anak. Tapi kadang kita sering berdalih bahwa dijaman yang semakin kompleks ini cara yang benar untuk mendidik anak anak kita adalah dengan cara disiplin. Benar memang, tapi bukan disiplin kaku. Beda mendidik anak anak dengan keras dan mendidik dengan disiplin. Bukankah panutan kita Rasulullah SAW dalam mendidik anak anaknya tidak pernah marah ? Bahkan terhadap cucu cucunya ? …Sikap lemah lembut dan kasih sayang adalah modal utama dan kunci keberhasilan orangtua dalam mendidik anak… Sikap lemah lembut dalam mendidik anak merupakan faktor yang sangat mendukung keberhasilan pendidikan anak. Orangtua selayaknya memahami bahwa anaknya bukanlah malaikat yang tidak pernah berbuat salah, dan bukan pula setan yang tidak memiliki sisi kebaikan. Prof. Sa’ad Karim menjelaskan, ketika seorang anak melakukan kesalahan, tidak selayaknya orangtua langsung memberikan hukuman yang berat. Yang harus dilakukan oleh orangtua adalah memberikan nasehat dan petunjuk, menjelaskan kesalahan sang anak dengan cara yang bijak, sambil memberikan keterangan tentang perilaku dan sikap yang benar. Setelah itu, memberikan bimbingan dan arahan. Salah seorang ulama yang merupakan pakar sosiologi, Ibnu Khaldun, pernah mengingatkan bahaya sikap keras dan kasar dalam pendidikan. Dia menjelaskan bahwa pendidikan yang didasari oleh sikap kasar dan keras seringkali menghasilkan manusia-manusia suka berbohong, munafik, dan memiliki kepribadian rapuh. Ibnu Khaldun melanjutkan, jika kita sebagai orangtua bersikap kasar dan keras, sikap yang demikian seringkali mendorong anak menjadi pembohong dan suka memperlihatkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang tersimpan. Hal itu dilakukan anak karena rasa takut terhadap sikap kasar dan keras orangtua. Jika dia telah mengetahui cara melepaskan diri dari hukuman (baik dengan berbohong atau perilaku negatif lainnya), maka lama kelamaan sikap yang demikian akan menjadi kebiasaannya. Dengan demikian, rusaklah potensi nilai-nilai kebaikan yang ada dalam dirinya. Jika telah demikian, dia akan menyandarkan segala kebaikan atas usaha orang lain dan hilanglah jiwa kemandirian dalam dirinya. Akhirnya, sang anak tumbuh menjadi manusia yang malas dan tidak bersemangat dalam melakukan kebaikan. Seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan kepercayaan, cinta, dan saling pengertian, jarang sekali bersikap khianat atau melanggar janji. Dia akan menjadikan kepercayaan sebagai sesuatu yang sangat penting dalam hidupnya. Dia akan tumbuh menjadi manusia yang mengusung kepercayaan diri, berterus terang, dan jujur. Rasa tidak sabar dan kesal kerap melanda orangtua ketika mengajari anaknya belajar. Namun, implikasi rasa kesal dan tidak sabar tersebut ternyata mampu memicu anak menjadi stres. Akibatnya, anak semakin tidak mampu menyerap informasi yang diberikan. “Ketika tubuh sedang stres, ada hormon yang dikeluarkan dan dilepaskan dalam aliran darah. Itu yang disebut hormon kortisol atau hormon stres. Hormon ini memiliki efek negatif terhadap kesehatan, seperti mengurangi kemampuan kognitif dan menekan fungsi normal dari tiroid. Karena itu, jangan heran ketika kita (orangtua) makin tidak sabar mengajari, anak justru makin bengong dan tidak bisa menjawab," kata psikolog Sani B Hermawan, di sela-sela acara Smart Parents Conference Jakarta. Sementara itu, menampar atau memukul kadang dilakukan orangtua untuk membuat anak patuh dan disiplin dalam sekejap. Tapi, tahukah kita pola asuh yang keras bisa menimbulkan dampak buruk bagi perkembangan otak anak? Studi terkini menyebutkan, orangtua yang bereaksi terlalu keras untuk mengoreksi kesalahan anak, misalnya dengan cara menampar atau memukul, tidak hanya menyebabkan anak stres tapi juga membuat tingkat kecerdasan (IQ) anak lebih rendah. Tentu kita tidak bermaksud untuk melakukan tindak kekerasan kepada anak, seperti memukul dan lain sebagainya. Barangkali, kita hanya bermaksud untuk menghentikan kebiasaan buruk anak anak kita, atau menekankan disiplin tentang suatu hal kepada anak kita. Kenyataannya tidak ada alasan pembenaran untuk hal yang satu ini. Kekerasan bukanlah cara yang benar untuk mendidik anak. Anak anak kita adalah peniru yang sangat baik. Jadi, bila kita ingin mengajarkan sesuatu kepada anak kita, cara yang sangat efektif adalah dengan memberinya contoh nyata dari perilaku kita sehari-hari. Kita tidak bisa membentak anak untuk belajar di malam hari, sementara disaat yang sama kita asyik nonton sinetron !! Intinya adalah ingin seperti apa anak anak kita ,lakukan itu di depan mereka. Ya, sesederhana itulah dalam mendidik anak anak kita. Tidak perlu membentak, tidak perlu memarahi, apalagi dengan cara cara kekerasan.Namun, hal itu memang tidak mudah. Coba kita renungkan sebentar. Apakah kita sudah memberi contoh yang layak untuk anak anak ? Apakah gambaran tentang "sosok ideal" yang kita harapkan pada anak kita,sudah ada pada diri kita ? Wallahualam bi shawab